5 Alasan Pasangan Suami Istri Terpaksa Menjalani LDM

Menjadi pasangan suami istri yang tinggal di bawah satu atap, berpisah hanya hitungan jam karena pekerjaan lalu kembali pulang untuk berkumpul bersama keluarga, tentu menjadi dambaan setiap orang, termasuk saya.
Tapi terkadang ada beberapa alasan sehingga bagi sebagian kita terpaksa menjalani pernikahan jarak jauh atau Long Distance Marriage.
Pernikahan jarak jauh atau LDM sebenarnya bukan sesuatu yang salah kok, tapi entah kenapa masih banyak orang yang berpandangan miring. Mulai dari alasan kasihan anak yang nggak bisa merasakan kasih sayang orang tuanya (?), nggak worth it, lebih mementingkan materi dibanding keluarga, sampai menakut-nakuti bahwa LDM rentan dengan perselingkuhan.
Sebagai pasangan suami istri yang juga menjalani LDM, saya dan suami udah mayan kenyang sih dengerin hal-hal begitu. Kenyang karena sama kita ya telen aja lah udah, lama-lama males ladenin yang begituan. Ahahaha.
Mungkin mereka nggak habis pikir kali ya, heran gitu kok yaaa udah nikah tapi tinggalnya pisah. Seharusnya kan selalu bersama, biar kata suami ke lubang semut, keluarga harus ikut. Gitu.
Padahal hei, lupakah kita, bahwa setiap orang pasti berbeda? Dan berbeda itu tidak apa-apa. Termasuk dalam berkeluarga.
Meski mungkin nilai yang dianut sama, tapi pastilah dalam eksekusinya nggak ada yang 100% serupa. Masing-masing pasangan suami istri punya preferensi, punya prinsip dan pilihannya sendiri. Jadi alih-alih menghakimi, hayuuuk kita saling menghormati aja. Sepakat dong yaa.
Nah, biar semakin mengerti dan mudah-mudahan semakin memahami, kali ini saya mau beberkan *halah, beberapa alasan kenapa pasangan suami istri memilih LDM.
Yuk, cuss!
Alasan Pernikahan Jarak Jauh bagi Pasangan Suami Istri
1. Alasan pendidikan
Alasan ini bisa dari pihak suami atau istri. Ya, karena menikah bukan penghalang bagi kita untuk tetap menuntut imu dan mengupgrade diri, kan?
Menempuh pendidikan ini bisa atas keinginan pribadi atau banyak juga yang dalam rangka tubel (tugas belajar) dari tempat kerja.
Dan seringkali kuliahnya di luar kota bahkan luar negeri yang kadang nggak memungkinkan untuk memboyong keluarganya ikut serta. Anaknya tanggung untuk pindah sekolah, rumah nggak ada yang nempatin, atau karena kuliahnya nggak memakan waktu yang terlalu lama.
2. Alasan pekerjaan
Banyak pekerjaan yang punya konsekuensi untuk nggak selalu bisa tinggal bersama keluarga, seperti:
💕Dinas militer seperti TNI, yang kadang tugasnya di daerah konflik. Ia lebih banyak tinggal di markas untuk bertugas, sehingga akan lebih nyaman jika keluarga tetap tinggal di rumah utama.
💕PNS, bisa dari ikatan dinas atau penempatan kerja di daerah yang berbeda dengan tempat tinggal. Meski saya juga punya banyak teman yang selalu mengiringi kemanapun suami pergi, tapi banyak juga yang memilih menetap dan menjalani LDM dengan beberapa pertimbangan.
Jadi nggak bisa dipukul rata ya: kalau ada yang bisa selalu mengiringi, maka yang lain juga seharusnya bisa dong. Balik lagi, bahwa masing-masing keluarga punya pertimbangannya sendiri 😉
💕Pelaut, para pekerja di pertambangan, kehutanan maupun yang pekerjaannya nomaden seperti teknisi yang dalam sebulan saja bisa berpindah beberapa lokasi. Atau misal pekerja di perusahaan asing yang kadang di tempatkan di luar negeri.
3. Alasan anak
Saya punya teman seorang blogger yang juga memilih LDM. Salah satu alasannya adalah anak. Beliau punya anak dengan kebutuhan khusus dan di daerah tempat kerja suaminya nggak ada tempat terapi senyaman yang ada di kota tempat Ia tinggal sekarang.
Atau alasan lain di daerah tempat suami nggak ada instansi pendidikan yang memadai. Meski ya, pendidikan utama anak memang dari orang tuanya. Tapi pastinya tiap kita juga ingin memberikan yang terbaik, kan?
4. Alasan orang tua
Orang tua sudah sepuh dan nggak ada yang menemani. Atau sakit-sakitan dan nggak ada yang merawat. Ini juga menjadi salah satu alasan bagi pasangan suami istri untuk memilih menjalani LDM.
5. Alasan Tempat
Alasan tempat ini maksudnya secara geografis ya. Saya punya beberapa teman yang memilih LDM karena daerah tempat suaminya bekerja kurang nyaman untuk tinggal.
Ada yang aksesnya luar biasa susah. Naik turun gunung, transportasi hanya di jam tertentu, listrik menyala hanya di malam hari, sementara dia punya bayi.
Atau ada yang suaminya di tempatkan di pelosok Papua yang rawan banget dengan penyakit malaria. Maka akhirnya demi kesehatan anak-anak, mereka memilih untuk LDM.
________________
Itu dia 5 alasan pasangan suami istri yang memilih untuk menjalani pernikahan jarak jauh.
By the way, ada yang punya pikiran kasihan banget suaminya karena kok kayaknya berkorban sendirian? Atau, kok istrinya tega banget ninggalin suami sendirian? *Eike paling sering nih, hahaha.
Jawabannya: tentu tydac begitu, Esmeralda.
Dalam LDM ini, semuanya berkorban kok. Memang ada gitu, salah satu pihak yang merasa lebih bahagia LDM dibanding tinggal bersama? Kan enggak.
Masing-masing berusaha sabar dan berdamai dengan keadaan. Masing-masing berlatih menahan rindu, juga struggling untuk bisa tetap harmonis dan bahagia meski jarak menjeda.
Yang jelas, terutama bagi saya, memutuskan untuk menjalani LDM itu pastinya udah dipertimbangan masak-masak. Nggak mak beduduk hanya dalam satu malam.
Dan segala pertimbangan itu, nggak mungkin juga dong yaaa dibeberkan secara tajam dan terpercaya ke setiap orang yang nanya.
Ini nih yang pengeeen banget dipahami. Tolong jangan selalu bertanya panjang dan menyelidik tentang kenapa memilih LDM.
Karena menjalaninya saja sudah berat, jangan lagi kau tambah dengan sangkaan yang tidak-tidak. Uhuk!
Dan pernikahan, baik yang LDM maupun yang tidak, semuanya memang harus diperjuangkan. Bagi kami pasangan suami istri pejuang LDM, mungkin butuh effort yang lebih untuk meminimalisir konflik dan menjaga keutuhan rumah tangga. Jadi meski LDM, bisa bangeeet pernikahan ini tetap worth it dan bahagia.
Gimana caranya? Tunggu next episode ya!
Oiya kalian yang punya cerita atau pengalaman seputar LDM, boleh banget lho kalau mau cerita di kolom komen. Saling menguatkan kitaaa. Mangats!
Tons of Love,