5 Cara Mudah Mengatur Keuangan Keluarga

Maret 9, 201864 Comments
Blog post

“Dek, bisa mi kah saya diajari bagaimana cara mengatur keuangan keluarga? Bingung terus kurasa bah”, ujar seorang teman ketika kami break sholat Ashar di sebuah taklim yang kami ikuti. Saat itu saya menjawab, kalau saya juga masih struggling kok. Tapi paling enggak sudah jauuuh lebih baik dari awal menikah dulu.

Masalah keuangan memang hal yang umum dialami oleh banyak keluarga, terutama keluarga muda seperti kami ini *uhuk!

Saya dan suami termasuk pasangan yang telat banget untuk serius mengelola keuangan keluarga. Karena dulu mikirnya, ah penghasilan segini-gini doang, buat makan sama kebutuhan sehari-hari bisa cukup sampai akhir bulan udah alhamdulillaaah banget.

Yang tentu saja itu salah! Karena mau besar atau kecil, seharusnya tetap wae harus diatur. Biar apa? Biar kekontrol. Yang penghasilannya besar jadi nggak boros, nggak gampang ngeluarin uang untuk ina inu yang nggak jelas dan begitu akhir bulan meringis karena nggak bisa nabung. Yang penghasilannya kecil, biar bisa nakar kira-kira kebutuhan mana yang paling prioritas dan tetap bisa nabung. Udah banyak banget kan kisah orang yang kalau dilihat kayaknya penghasilannya berapa sih. Tapi bisa nyekolahin anak sampai tingkat tinggi, kurban tiap tahun, bisa umroh, bahkan berhaji!

Ya karena mereka cerdas dalam mengatur keuangan, fokus menggapai mimpi, rajin nabung, dan kemudian Allah memberi kemudahan. *langsung ngaca *terus nangis.

The Power of Socmed

Main media sosial buat apa? Silaturrahim, update status dan upload foto, bertukar like dan komen, ngepoin artis favorit, atau berbisnis?

Buat cari ilmu juga bisa banget loh.

Dan buat saya paling efektif di twitter. Karena di twitter kita bisa langsung follow orang yang memang ahli di bidangnya. Untuk mengatur keuangan, siapa lagi lah kalau bukan Ligwina Hananto. Sama Prita Ghozie. Kerjaan saya me-❤ twit-twit mereka dan kalau perlu saya catat.

Ah, ya, sama liputan event dari teman-teman blogger. Meski saya nggak seberuntung mereka yang bisa hadir langsung, tapi masih bisa baca reportase dari mereka yang super komplit dan itu menyenangkan sekaliii. Seperti beberapa waktu lalu ada event tentang bagaimana mengatur keuangan keluarga bersama Prita Ghozie. Saya baca hampir semua reportase teman-teman, dan again, saya catat untuk kemudian memperbaiki RAPBK (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga)😅

Nah, dari hasil ‘gerilya’ ilmu tentang mengatur keuangan keluarga, berikut adalah 5 cara mudah mengelola keuangan keluarga yang bagi saya cukup efektif.

1. Mengatur Prioritas dan Alokasi Dana

mengatur keuangan keluarga

Prioritas masing-masing keluarga pasti beda. Ada yang untuk beli rumah atau kendaraan, ada yang untuk pendidikan anak, memperluas jaringan bisnis, dan lain-lain. Meski demikian, ada aturan yang sama bahwa yang pertama harus dikeluarkan adalah ZIS, membayar hutang/cicilan, dan menabung/investasi. Untuk berikutnya ada dana pendidikan anak, dana darurat, biaya hidup, dan terakhir gaya hidup atau jajaaaan. Hahaha.

Kalau di saya prioritasnya adalah sebagai berikut, sekaligus dengan besarannya (paling sesuai ngambil dari Mba Prita Ghozie. Makasih banyak ya, Mba. Dan makasih juga untuk teman-teman blogger yang menuliskannya💕)

  • ZIS : 5 %
  • Hutang/cicilan : 20 %
  • Tabungan dan investasi : 15 %
  • Dana pendidikan anak : 10 %
  • Dana darurat : 10 %
  • Biaya hidup: 30 %
  • Gaya hidup : 10 %

📝NOTE:

🌼Kalau dari Mba Prita Ghozie, untuk hutang dan cicilan itu besarnya 30% tapi tidak ada dana pendidikan anak. Kalau di saya, pas dihitung ternyata jumlah cicilan nggak nyampe 30%, bahkan 20% pun nggak nyampe. Kami alokasikan segitu dan sisanya kami ‘lempar’ ke dana pendidikan. Iya saya punya cicilan, modal pindah ke Palopo dulu. Aduh riba dong, Nyak. Nnggg, saya nggak mau bahas di sini ya. Doakan saja semoga segera lunasss dan kami bisa bebaassss lepaasss dari riba. AMIN.

🌼Nah untuk dana darurat, besaran yang ideal untuk keluarga yang punya anak adalah…mau tau nggak berapaaa? 12 kali pengeluaran bulanan! *pingsan! Kita nggak ideal-ideal amat nggak papa lah ya, yang penting meniatkan untuk punya kalau ada keadaan darurat yang datang sewaktu-waktu. Dan itu yang super penting: HARUS PISAH REKENING! Biar nggak kepake-pake. Karena godannya adalah, ah nggak ada kejadian darurat ini, bisa lah buat jajan. Maka dibutuhkan komitmen yang kuat, sodara-sodara.

🌼Gaya hidup itu maksudnya bukan buat gegayaan atau gimana. Misalnya ternyata untuk jajan masih bisa ngambil dari biaya hidup, ya bagus banget. Ini lebih buat menuhin keinginan/bucket list. Misal pengen beli buku anak yang harganya jut-jut dan bikin kepala berdenyut itu, atau pengen beli kamera, atau buat persiapan mudik, liburan atau apa aja deh di luar biaya hidup bulanan. Begitu yes.

[ Baca juga: Food Photography dan Kamera Impian ]

2. Menabung dan Investasi di Depan

Karena kalau ngarepin uang sisa baru kita nabung, bakalan bhaay. Yang ada nggak jadi-jadi nabung karena kok habis terus uangnya? 🙁 . Menabung ini banyak macamnya ya. Ada yang pakai sistem nabung sesuai tanggal, jadi tanggal 1 nabung seribu, tanggal 2 nabung 2 ribu, tanggal 30 nabung 30 ribu. Atau ada yang nabung sistem 20. Jadi kapanpun ketemu uang 20 ribu harus ditabung, nggak boleh dipakai. Saya pernah nyoba dua-duanya dan nggak ada yang berhasil, hiks. Yang paling cocok memang nyetor awal bulan ke rekening, hehe. Kalau kalian nabungnya gimana?

Untuk investasi nanti dibahas di bawah ya.

3. Sistem Multi Rekening

Karena kalau rekeningnya cuma satu bakalan susah banget ngontrolnya. Serius deh, gimana bisa kita mengira-ngira, jatah tabungan berapa, jatah pendidikan anak berapa, dll. Tau-tau ludes aja semua. Minimal dua rekening. Satu rekening untuk yang dipakai-pakai, dan satu rekening untuk yang ‘nggak boleh’ dipakai: tabungan, investasi, dll.

Kalau di saya, rekeningnya banyak banget karena jujur kukatakan diri ini susah dikontrol T_T. Tapi jadinya enak sih, begini nih:

💳BRI

Ini mah jelas ya, buat masuk gaji suami sebagai ASN. Untuk cicilan langsung autodebet dari sini, jadi alhamdulillah jadi gampang banget, nggak perlu repot misahin lagi. Ini juga dipakai buat tagihan bulanan lain seperti SPP anak, Indihome, listrik, dan air.

💳BCA

Ini punya saya, dulu buka buat setor arisan SMA dengan model transfer-transfer doang nggak pernah ngumpul, hahaha. Abis gimana, antar kota dan provinsi, udah kaya bis yakan. Rekening ini juga buat masuk gaji saya dari menulis konten dan admin FP dan fee dari ngeblog. Oiya, saya buka TAHAKA (Tahapan Berjangka) BCA khusus buat anggaran mudik. Secara ya, biaya mudik saya bolak-balik itu bisa buat beli motor baru. Sistemnya juga autodebet, dipotong langsung tanggal 5 setiap bulannya. Sisanya biasanya buat ngasih orang tua, beli-beli buku atau properti foto atau template baru atau terserah saya aja lah mau buat apa. Dan kalau lagi banyak job yang artinya banyak juga pemasukan, saya biasanya langsung lempar ke dana pendidikan anak atau investasi.

💳Mandiri

Ini punya suami khusus untk masuk tunjangan kinerja (remun). Dan enaknya besaran remun ini paaas banget sama biaya bulanan kami. Jadi yaudah buat belanja bulanan, beli gas, bensin atau beli pulsa dari Tokopedia.

💳BNI Syariah

Atas nama saya, khusus untuk dana darurat, tabungan dan investasi. Untuk investasi sendiri, suami main di reksadana, kalau saya logam mulia. Belinya di pegadaian dekat rumah. Nggak pakai sistem nabung karena katanya bakal susah kalau kita pindah sementara tabungan belum lunas. Jadi yaudah beli per 1 gram, kalau ada rejeki lebih  biasanya langsung masuk ke sini atau ke dana pendidikan.

💳BNI Syariah

Ada dua lagi, atas nama Wafa dan Ayyas. Yes, ini khusus untuk dana pendidikan. Hitungan gampangnya adalah kita udah tau anak mau masuk sekolah kapan, di mana dan biayanya berapa. Tnggal ditarik mundur untuk menghitung setoran bulanannya. Untuk dana pendidikan ini kami juga lumayan telat mulainya. Padahal kalau semakin awal dimulai semakin ringan ‘setoran’ bulanannya. Alhamdulillahnya ketolong karena Wafa masuk TK dan SD pas kami tinggal di Palopo yang biaya masuk sekolah masih muraaah dibanding di kota besar apalagi Jakarta. Oiya, untuk dapen ini kami pakai akad wadiah, jadi bebas administrasi bulanan tapi bebas juga dari bagi hasil alias beneran cuma nitip uang di bank, hahaha.

[ Baca juga: Random Facts about Ayyas ]

4. Menyusun Anggaran Tahunan, Bulanan dan Mingguan.

🌼Anggaran tahunan: pajak kendaraan, zakat fitrah, kurban, biaya mudik/lebaran. Plus kalau di saya ada kebutuhan perpanjang hosting dan domain blog. Untuk kebutuhan tahunan/ musiman ini, bisa diambil dari tunjangan musiman juga misal THR atau bonus akhir tahun (bagi yang dapat, kalau yang enggak ya balik lagi mari kita rajin menabuuung).

🌼Bulanan: Cicilan (bagi yang punya), SPP anak (kalaupun yang sekolahnya gratis tetep aja kan ada biaya uang saku). Tagihan air, listrik, internet, pulsa, gas, dll. Dan tentu saja belanja bulanan untuk kebutuhan sehari-hari.

🌼Mingguan. Nah jadi kalau semua pengeluaran udah beres, termasuk nabung dan investasi, maka sisa uang di rekening silakan dihabiskan untuk sebulan. Biar gampang dan kekontrol, bagi per minggu! Jadi ketemu ATM seminggu sekali aja ya. Misal ada uang 2 juta, maka tiap minggu kita punya jatah 500 ribu dan itu bebas untuk dihabiskan. Kalau di saya belanja lauk itu mingguan. Kalau sayur bisa dua hari sekali. Nah ternyata pas akhir pekan uangnya masih lebih nih, maka mari kita jajaaaan. Nggak mau jajan dan maunya ditabung aja? Ya bagus bangeeet.

Jadi jelas ya alurnya: terima gaji 👉 langsung bagi uang sesuai pos rekening masing-masing 👉 bayar cicilan/hutang 👉 bayar tagihan bulanan👉 ambil uang tunai per minggu di ATM.

5. Dana Kesehatan dan Bucket List

Untuk dana kesehatan, ada yang pakai asuransi baik pribadi maupun dari kantor, ada juga yang pakai BPJS. BPJS ini ada yang mandiri ada yang gratis dari pemerintah ya. Kalau saya tadinya BPJS mandiri yang bayar per bulan 80 ribu kalau nggak salah. Untuk 3 orang (saya dan anak-anak) jadi ya berasa juga. Alhamdulillah kemarin suami udah ngurus jadi sekarang langsung potong gaji aja. BPJS ini ngebantu banget, pun seandainya ada case khusus yang mengharuskan kita nambah, pasti nggak semahal kalau kita nggak pakai BPJS. Kaya kemarin pas Ayyas sakit, kami ngambil VIP dengan beberapa pertimbangan. Untuk di RS At Medika kita nambah 250 ribu saja per harinya.

Sedangkan untuk bucket list atau daftar keinginan atau mimpi, ngitungnya sama kaya dana pendidikan. Tetapkan dulu mau apa, kemudian tarik ke belakang dan lihat juga kemapuan kita jadi akan ketahuan berapa ‘setoran’ tiap bulan. Contoh nih, saya pengen kamera mirrorless, harganya 6 juta. Waktu minimal satu tahun. Jadi tiap bulan saya wajib nyisihin 500rb. Waduh kayaknya nggak mampu segitu, ya kurangin lagi setorannya dan tambahin sabarnya. Kerena kan tercapainya bakalan lebih lama. Hahaha. Nggak papa nabung receh, lama-lama kan jadi bukit receh💰💰💰

Nah itu dia 5 cara mudah mengatur keuangan keluarga. Mudah apa malah bikin mumet? hahaha. Enggak kok, mulai aja hitang hitung, kalau udah ketemu alurnya enak banget deh. Tinggal ngikutin aja. Semoga artikel 5 cara mudah mengatur keuangan keluarga ini bisa bermanfaat ya. Catatan terakhir, bahwa masing-masing keluarga pasti punya penghasilan, kebutuhan dan prioritas yang berbeda-beda. So, tinggal di sesuaikan aja. Yang penting 3 teratas jangan sampai lupa: ZIS, bayar hutang dan nabung nabung nabuuuung.

Semangaaat💪💪💪

Psssst, kalian ada yang punya tips atau cara mudah lain dalam mengatur keuangan keluarga? Sharing yuk di kolom komen❤

👋Salam,

Prev Post Next Post