Bijak Ngetag Suami

Januari 19, 201658 Comments
Blog post

Wih, ada artikel bagus nih. Tag suami ah, biar peka!

Ngacuuung, yang suka begitu? Ahahaha

Di era digital sekarang ini, nggak bisa dipungkiri bahwa banyaknya akses komunikasi memberikan banyaaak manfaat buat kita. Lihatlah, betapa mudah dan cepatnya kita mendapat sebuah informasi hanya dalam hitungan detik. Beraneka macam media sosial menawarkan kemudahan informasi dan komunikasi. Facebook, Twitter, Instagram, Line, Path, Periscope atau yang lebih privat seperti Whatsapp Massanger dan Blackberry Massanger.

Hiyaaa…banyak bener yak. Sebagai emak emak rempong, saya cuma punya Facebook, Twitter, Instagram, Line sama Pinterest. Segitu dibilang CUMA?*ditimpukhenpon*. Yaa…soalnya kan path aja yang ngehits itu saya nggak punya^^v. WA dan BBM pasti punya lah ya, heheheh…

Nah, beragam kemudahan yang ditawarkan tadi baik diranah medsos atau privasi jujur saja bagai dua sisi mata uang. Ada kelebihan dan ya, tentu saja kekurangan. Hal yang paling sering dibahas adalah katanya kecanggihan komunikasi saat ini, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Ah, masa seh?

Yaiyasih kalo misal suami istri masing masing sibuk sama gagdetnya, asyik berhaha hihi dengan entah siapa di sana dan mengabaikan yang di sebelahnya. Ish, siapa tuh? Gue yak? Eerrr..semoga nggak sampe gitu gitu amat lah. Masih bisa dikontrol.

Tapi iya loh. Pemandangan kayak gitu nggak sulit nemuinnya. Di cafe, resto atau di tempat umum banyak. Duduk satu meja, lebih dari satu orang, tapi sepi kayak kuburan. Lha masing masing sibuk sama gadget di tangan. Hayo yang suka kayak gini ngacuuung…*umpetinjari* LOL.

Hmm, sebenernya tulisan ini mau mengerucut ke hubungan suami istri. Tulisan ini lebih sebagai pengingat untuk diri saya sendiri sih, jadi mudah mudahan nggak pada baper ya bacanya^^v. Tapi nggak papa juga lah baper, kalau dengan baper terus jadi berubah lebih baik, kenapa nggak?

Jadi, salah satu yang sering saya temukan, adalah seringnya pasangan saling tag di ranah sosial media. Misal nih ada artikel, terus dishare deh dengan tulisan cc: pak suami….atau ayah…atau my love…*eeaaaa…*keselek*

Terus masalahnya dimana? Nggak ada sih, sah sah aja. Kecuali kalau yang ditag suami atau isri orang,hahaha…gitu pemikiran saya selama ini. Sampaii…suatu kali saya membaca tweet seorang dokter yang juga seorang suami dan ayah. Beliau ini dokter Sp. Cyiiin….motivator para jomblo yang menyebut dirinya sebagai Markiyem Teguh. LOL. Meski sering kocak dan kadang garing, cuma kalau udah ngomongin penyakit dan keluarga bisa serius banget. Begini isi twitnya:

“Laki laki itu nggak suka diceramahin di muka umum. Jadi wahai para istri, jangan suka nge-tag suami, ya!”

Weits..langsung rame dong sama reply dan retweet, terutama dari kaum istri,hahaha..rata rata:

“Maksudnya gimana Dok?”

“Tapi kan biar baca, nanti sampai rumah tiggal diskusi”

Atau pengakuan semacam

“Waaa…aku sering tuuh..” LOL

Akhirnya berlanjut diskusi hangat malam itu. Saya nyimak sambil ngunyah coklat.

Jadi hukum ngetag suami itu gimana sih?

Jadi analoginya simpel sih. Misal ada sebuah artikel tentang 7 cara membahagiakan istri. Dengan ngetag suami, sama aja bikin semacam pengakuan kalau selama ini suaminya belum bisa membahagiakan dia, atau si istri belum merasa dibahagiakan.

Ada artikel tentang ibu rumah tangga butuh 10x lipat piknik. Dengan ngetag suami, berarti ngaku kalau selama ini memang kurang piknik dan minta dipiknikkin sampai 10x lipat *ini mah gue kali :D*. Gitu nggak? Iya juga sih ya, pikir saya. Terus gimana yang tentang bahan diskusi? Dokter nanya balik.

“Dibaca nggak Bu sama suaminya?”

“Seringnya sih nggak, Dok..”-__-

Haish..saya jadi inget suami saya. Jangankan cuma ditag, yang pas nyampe rumah saya tanya “Ay, udah baca belum artikel yang aku kirim?” “Oh, belum. Nggak sempet”-_-. Dikasih langsung aja, misal lagi di rumah saya sodorin tu henpon “Bagus nih, Ay. Baca deh”. Eeeh…dia sekrolnya cepet banget. “Kok cepet banget sih? Emang kebaca?” protes saya. Dan apa katanyaa…”Males ah, panjang banget. Intinya apa sih?”-____-

Ada yang merasa senasib? hahaha…begitulah mereka. Ego mereka sebagai laki laki, gengsi ketika mereka merasa ‘diajari’ sesuatu. Makanya tips dari temen saya di grup, sering seringlah bawa suami ke seminar atau kajian. Biar denger langsung dari ahlinya. Kalau kita yang ngomong? Mana ngaruuuhh…Mereka akan sadar ketika memang itu datang dari hati dan kemauan sendiri. Jadi ya gitu deh… *apasih ini nggak jelas*

Balik lagi ke soal tag, jika ada artikel tentang hubungan suami istri, coba deh sempatkan baca isi komennya. Weeww..akan sangat mudah ditemui istri yang curhat abis, mengeluh, bahkan menghujat suaminya. Ngeri deh..meski ada juga sih yang bilang “alhamdulillah, suami saya sangat pengertian”. Tapi itu kalah jauh dengan komen komen semacam:

“Kapaaan ya punya suami kaya gini, dunia runtuh kali kalo suamiku berubah”

“Coba ya suamiku kaya Fahd Pahdepie, istri ngambek dibeliin SK II” LOL.

“Nih, baca ya!cc….”

Bahkan pernah ada sebuah artikel tentang kenapa istri mudah marah, karena capek urus rumah, urus anak, kurang piknik, dsb. Ada istri yang nge tag suaminya dan pake huruf kapital semua,

“cc….SENGAJA PAKE HURUF GEDE SEMUA BIAR BACA, NGGAK BISANYA NYALAHIN ISTRI DOANG”

Duuh…

Jadi, apa hikmah yang bisa kita petik, saudariku? *mamah dedeh mode on*

Kalau suami kita memang aktif bermedsos, nggak pake ditag juga pasti kebaca kok postingan kita. Sukur sukur bisa jadi introspeksi kenapa istrinya share artikel seperti itu. Laah, kalau suami kita aja nggak pernah aktif sosmed, kan kaya ngomong sendiri. Boro boro dibaca, dilike, dibales. Ngliat aja nggak kan?

Alih alih suami kita baca, yang ada malah aib suami kita, rumah tangga kita, yang seharusnya kita tutupi, malah tersebar kemana mana. Ada untungnya? Nggak ada saya rasa. Apa iya kalau habis mengeluarkan unek unek di medsos, hati menjadi tenang? Kalau menurut saya, lebih baik simpen henponnya dulu, ngomong langsung aja yuk ke yang bersangkutan a.k.a suami. Cari waktu dan situasi yang tepat, lalu bicaralah.

Etapi tapi…kalau tagnya di artikel yang bagus bagus, misal tentang pengasuhan, tempat liburan, nggak papa kan? Atau ngetagnya tentang lope lope an? eeaaaa…Yeah, it’s up to you..anyway. Atau ada yang punya pendapat lain? *senyum manis*

Love,

Prev Post Next Post