#MondayMarriage: Cemburu Dalam Rumah Tangga

Cemburu dalam rumah tangga seperti api. Dengan kadar yang pas bisa menghangatkan. Tapi jika terlalu besar, bisa membakar.
Benarkah cemburu hanya milik perempuan? Entahlah. Mungkin karena perempuan lebih ekspresif aja dan cenderung menyampaikan apa yang dia rasakan.
Bisa juga karena perempuan lebih mengedepankan perasaan daripada logika seperti laki-laki. Termasuk dalam hal ini.
Selama 6 tahun menikah, saya ingat suami cemburu dan Ia mengatakannya, hanya 2 kali.
Yang pertama saat saya ada rapat di sebuah rumah makan, beramai-ramai tentunya. Tapi suami melihat interaksi saya dengan teman laki-laki saya waktu itu, katanya terlalu banyak. Ya namanya juga rapat ya, masa diem-dieman. Sepulang dari rapat itu, dia manyun aja. Kirain kenapa, tak taunya ada yang cemburu. Hihiw.
Kali kedua, memang pantes banget sih cemburu. Jadi suatu kali saya ikut sebuah pelatihan jurnalistik. Entah dapat nomor telepon saya dari mana, mungkin dari daftar hadir, ada temen pelatihan yang suka sms saya.
Tadinya smsnya hanya menanyakan seputar materi dan tugas dari pembicara. Lha kok lama-lama mulai nggak nggenah. Akhirnya orang itu ditelpon sama suami. Tapi endingnya baik sih, nggak yang berantem atau gimana. Suami juga tipenya kalem-selow gitu orangnya.
Selepas itu nggak pernah sms-sms lagi. Oiya, saya inget banget pas itu lagi hamil muda. Orang itu nggak tau kalik dan nyangkain saya masih gadis :p.
Iya, hanya dua peristiwa itu yang saya ingat tentang kecemburuan suami. Nah, kalau saya? Seriiing *___*
Istri Lebih Sering Cemburu?
Di kasus saya, iya.
Saya cemburu sama atasan suami yang suka nelpon meski lagi hari libur. Nggak bisa besok-besok aja apa Bu nelponnya? Lagi libur iniiii….Zzzzz…
Saya cemburu sama gengnya suami yang bisa bikin dia ketawa-ketawa sampai nangis padahal cuma lewat grup WA doang. Kan saya jadi pengen punya geng yang asik kaya mereka. Oke, ini agak nggak wajar cemburunya sih :v
Dan cemburu-cemburu lainnya. Padahal suami itu tipe kalem cenderung pendiam yang kalau nggak ditanya duluan jarang mau ngomong.
Lagi berusaha banget sih agar nggak gampang cemburu apalagi sama hal-hal yang nggak jelas.
Lho, kan cemburu itu bumbu cinta? Iya kalau masih dalam kadar wajar. Kalau kelebihan? Capek bok.
Mencoba rasional dan mengedepankan logika aja sih. Ya, namanya juga kerjaan, kadang nggak mentolerir hari libur. Urusan BAP yang belum kelar, surat panggilan saksi yang belum dikirim, barang bukti yang belum lengkap, de el el. Ya, ya, ya. Kucoba mengerti *nyanyik*.
Di bahasan #MondayMarriage sebelumnya, banyak yang komen bahwa pemicu utama konflik mereka dengan suami adalah cemburu. Cemburunya sampai level bikin rencana untuk melakukan pembalasan. LOL.
Cemburu pada kerjaan suami apalagi kalau lagi lembur atau keluar kota. Cemburu pada temen suami yang kelihatan akrab dan suka curhat nggak jelas. Bahkan ada istri yang cemburu sama hobi suaminya atau bahkan sama ibu mertuanya. Duh! Untuk dua hal terakhir, kayaknya udah nggak terlalu pas untuk dijadikan obyek cemburu ya.
Baca: Do and Don’t Saat Ada Masalah Rumah Tangga
Jangan Asal Cemburu
Atau biasa disebut cemburu buta. Harus ada alasan kenapa kita cemburu, dan obyeknya juga harus jelas. Misal kita cemburu sama temen kerja suami karena dia kesannya akrab banget dan suka cerita apa aja aka curhat ke suami kita.
Lihat juga apakah ada perubahan sikap sama suami. Maksudnya apakah memang dia ada kecenderungan dekat dengan perempuan lain? Poin pertama misalnya, apakah suami nanggepin temen yang suka curhat atau biasa aja.
Kalau memang dia biasa aja, kita nggak berhak juga ya menghakimi dia dan ngambek nggak jelas. Dan ini susah sih. Artinya kita memang harus ngomong dan nanya langsung ke suami.
Gimana Cara Ngomongnya?
Timing yang pas. Jangan pas capek, jangan pas sensi. Bisa berabe nantinya. Yakinkan kita nggak menuduh sembarangan, katakan aja perasaan kita dan hal yang menbuat kita cemburu.
Keep calm, jangan mencak-mencak nggak jelas yang bikin kita terlihat childish dan nggak dewasa. Dan ini PR besar banget buat saya T___T
Baca: Cara Mengkomunikasikan Emosi Negatif
Suka denger cerita perempuan yang melabrak perempuan lain yang menurutnya sudah mengusik rumah tangganya. Ada juga perempuan yang dengan tenangnya berkirim pesan ke perempuan yang suka mengirim pesan mesra ke suaminya DAN masih bisa bertanya baik-baik ada apa, ada hubungan apa, dan tolong jauhi suami saya. Weww.
Tapi kalau cemburunya memang kenyataan, maksudnya memang suami ada kecenderungan dekat dengan perempuan lain, bisa jadi bahan evaluasi juga ya. Kenapa suami lebih nyaman sama orang lain. Bisa nggak kita perbaiki diri biar suami itu paling nyaman sama kita aja.
Makanya harus rajin-rajin merawat pernikahan. Agar masing-masing yakin bahwa cinta dan sayangnya tak akan terbagi. Juga mendoakan satu sama lain agar tak terjerumus godaan dan maksiat.
Cemburu kadang perlu, kadang bisa menjadi bumbu cinta, namun kadang juga bisa jadi pertanda agar istri lebih waspada terhada hadirnya faktor luar yang membahayakan perkawinan.
Kalau kamu gimana, cemburuan nggak sih? Terus gimana cara mengatasinya? Sharing yuk!
Palopo, telat posting lagi. Kelelahan abis long wiken. Selamat Idul Adha ya.
Tons of love,