Do and Don’t Saat Ada Masalah Rumah Tangga

Do and Don’t saat ada masalah dalam rumah tangga.
Menikah itu tidak satu paket dengan bahagia. Tapi dia pasti jadi bonus gratis yang diberikan kepada dua insan yang serius merawat pernikahannya dan ikhlas bersama bahu membahu berburu ridhoNya. (Ummu Balqis)
Saat belum menikah dulu, bayangan saya tentang pernikahan begitu indah dan romantis. Meski saya tak banyak mendapatkan contoh nyata dari kedua orangtua, tapi buku-buku dan novel tentang pernikahan sukses meracuni pikiran saya kala itu.
Bayangin aja, bacaan saya dulu semacam Pacaran Setelah Menikah-nya Salim A. Fillah, Diary Pengantin-nya Robiah Al-Adawiah, atau novel ringan tentang pernikahan dari Mba Ifa Afianti. Hal itu ditambah dengan quote ala-ala yang bilang: Nikah itu 10 persen doang enaknya. Sisanya: enak bangeeeettt.
Maka saya yang kala itu masih gadis kinyis-kinyis, sering membayangkan bahwa proses saya menuju pernikahan dan menjalani sesudahnya, akan indah, romantis, dan ngambek-ngambek manjah.
Terus kenyataannya?
Iya ih beneeeerrr…*digaplok*
[ Baca juga: #MondayMarriage: Istri Sensi vs Suami Cuek ]
Masalah Dalam Rumah Tangga Itu Pasti Ada
Tanpa mengesampingkan bahwa menikah memang banyak hal indah dan membahagiakan, tapi dalam perjalanannya pernikahan dan rumah tangga juga banyak masalah yang datang. Dari yang remeh temeh hingga masalah serius.
Di seminggu pertama pernikahan saya, udah ada drama ngambek. Ya itu masih cincay lah ya. Semakin ke sini masalah yang dihadapi makin beragam. Beda pendapat, beda pola asuh, perbedaan karakter, juga banyaknya gesekan dan intrik yang mewarnai.
Bahwa masalah dalam rumah tangga itu ibarat bumbu penyedap, betul. Bahwa masalah dalam rumah tangga adalah proses mendewasakan, saya setuju.
Tapi toh dalam menghadapinya tetap saja ada drama sedih dan keselnya, butuh kontrol untuk bisa tetap sabar, butuh usaha untuk bisa menyelesaikan masalah dengan damai dan win-win solution.
Dan di bahasan kali ini, saya ingin cerita dan berbagi tentang gimana saya dan suami bersikap saat pernikahan/rumah tangga kami ada masalah.
Well, hal ini memang kita bicarakan sih.
Biasanya setelah masalah mereda, kita saling bicara dan evaluasi. Nggak yang evaluasi gimana gitu sih, kesannya serius banget ya evaluasi, wkwkwk. Ini semacam misal saya masih terlalu reaktif, terlalu kelihatan sama anak-anak kalau lagi marahan, sedangkan suami masih lambat merespon.
Gitu- gitu deh. Jadi kami sepakat bikin do and don’t kalau lagi marahan atau sedang ada masalah.
DO: Saat ada masalah dalam rumah tangga
1. Katakan dan selesaikan
Selalu beri tahu jika ada yang mengganjal atau ada yang dipermasalahkan. Kayak saya kemarin sempet sensi karena ngerasa suami kok sekarang jadi males-___-. Dulu selalu rajin bantu nyuci baju, nyuci piring nggak pernah disuruh. Dan saya orangnya nggak mau nyuruh sih. Jadi udah aja saya kerjain sendiri.
Ternyata lama-lama dia ngerasa karena saya jadi ‘pendiam’. Hahaha. Akhirnya dia nanya ada apa. Terus saya jelasin apa yang menjadi ganjalan saya. Terus dia bilang, “Sekarang lagi banyak kerjaan, terus kan udah dikerjain kamu”, sambil nyengir-nyengir. Hih.
“Kalau misal pengen aku kerjain yaudah diemin aja itu cucian, kan ntar pulang kantor aku kerjain”.
“Yatapi kan aku nggak betah liatnya”.
“Ya itu masalahmu sih”. -____-
Jadi kami masih punya PR untuk segera mengatakan apa yang seharusnya dikatakan. Duh belibet. Saya mestinya ngomong atau nanya kenapa sekarang dia jadi jarang bantuin. Atau dia juga seharusnya ngomong atau minta maaf karena sekarang lagi sibuk banyak kerjaan jadi nggak bisa bantu dulu.
Kan enak ya. Nggak ada prasangka dan praduga.
Sekarang dia udah rajin lagi btw. Makasih ya kamu :*. Ini masalah sepele tapi ya. Jika masalahnya berat dan serius (nggak usah saya kasih contoh ya. Serem abisnya), udah dibicarakan berdua kemudian mentok dan nggak ada titik temu atau solusi, maka perlu untuk poin kedua.
2. Minta bantuan pihak ketiga.
Tentang pihak ketiga ini ada dua golongan ekstrim menurut saya: yang over ekspose terhadap masalah rumah tangga yang dihadapi, nyetatus di mana-mana, sampai perang status suami-istri-__-.
Dan golongan satunya over tertutup. Ingin menutup rapat masalah rumah tangga yang dianggapnya aib, telen sendiri walaupun pait sepait-paitnya.
Sebenernya kadar masalah balik ke masing-masing sih ya. Ada yang menganggap masalah A berat banget tapi buat yang lain masih ringan. Tapi menurut saya masalah apapun itu jika dengan jalan menegur, menasehati dan mendoakan tapi tetap tidak ada perubahan, maka kita harus minta tolong pihak ketiga untuk menyelamatkan rumah tangga kita.
Pihak ketiga ini juga nggak boleh sembarangan. Jangan asal curhat ke siapa aja, tapi pastikan bahwa orang tersebut AMANAH. Yang bisa menjaga rahasia kita, nggak malah nyebarin kemana-mana.
Lihat juga apakah orang tersebut kira-kira bisa membantu atau nggak. At least bisa mengurangi beban kita. Misal curhat tentang selingkuh ke jomblo, ya kira-kira dia bisa bantu apa malah, “Iiiih..nikah gitu ya. Serem. Jadi takut”.
Nah itu tadi DO nya. Hal-hal yang saya lakukan saat ada masalah. Sekarang ini dia DON’T nya.
DON’T: Saat ada masalah di rumah tangga.
1. Jangan dibiarkan berlarut-larut.
Dan jangan sampai dibawa pergi tidur. Susah? Bangeeet. Egonya kadang yang susah dikendalikan. Nunggu dia ngomong duluan. Nunggu dia minta maaf duluan. Terus akhirnya tidur punggung-punggungan. Duh, dingiiin >.<.
Udahlah jangan gengsi. Yang minta maaf duluan pahalanya lebih gede. Hore. Jadi selesaikan secepatnya. ASAP. As soon as possible.
2. Jangan sampai anak-anak tau.
Karena mereka pasti bakal sedih liat orangtuanya marahan. Apalagi berantem. Mereka berhak memiliki memori yang indah tentang orangtua mereka. Iya kalau cuma sedih. Kalau trauma?
Dulu saya punya tetangga yang kalau berantem level piring dan panci beterbangan. Sementara mereka punya anak usia SD. Jadi setiap ada huru-hara, saya mikirnya itu anaknya gimana ya? Ngapain? Ngumpet apa gimana? T_T.
Sampai saat itu saya niat pindah kontrakan karena nggak betah banget. Tapi akhirnya mereka cerai, pindah rumah dan nggak ada suara piring pecah lagi. Entah saya sedih atau seneng.
Saat saya masih jadi guru, sebelum mulai pelajaran selalu ada kegiatan doodling. Bebas anak-anak mau nggambar apa aja. Setelah doodling mereka akan maju ke depan kelas dan cerita tentang gambarnya.
Suatu kali saya shock saat seorang murid cerita,”Ini gambarku lagi ngumpet di gorden. Yang ini Mama sama Papa lagi berantem”. Sedih.
Sayapun pernah kecolongan. Pagi-pagi saya kira anak-anak masih tidur, saya sama suami meributkan sesuatu. Errr…lebih tepatnya saya ajasih yang ribut :p. Pas suami udah berangkat, tiba-tiba Wafa nanya,”Bunda tadi marah sama Ayah ya? Jangan marah dong Bun, kasian Ayah”.
Duh, Nak. Udah baikan kok.
Kadang saya miris semiris-mirisnya kalau liat artis, yang cerai, dan saling membuka aib di depan media. Gusti, itu perasaan anaknya gimana ya. Masing-masing memperebutkan anak, dan saling menuduh, itu lho papa kamu egois. Itu lho mama kamu jahat.
Jadi sebisa mungkin saat ada masalah, jangan sampai anak-anak tau. Akting sedikit di depan anak-anak, dan cari waktu yang pas untuk menyelesaikannya.
[ Baca juga: Sudahkan Kita Bersikap Manis pada Anak-anak? ]
3. Jangan mengadu ke orangtua.
Percayalah, mereka akan lebih sedih dari kita atau lebih marah dari kita. Oke, saya nggak akan menyama ratakan. Tapi begitulah orangtua saya. Masalah anak sampai dipikirin banget. Makanya saya hati-hati kalau mau cerita apa-apa ke mereka.
Mending cerita yang seneng-seneng aja deh. Dan kadang, saat orangtua atau keluarga tau masalah kita, bisa makin ruwet. Ada yang manas-manasi suruh cerai aja, misal. Naudzubillah.
Saya dulu punya saudara yang begitu. Ketika akhirnya cerai dan si anak ikut ibunya, saat sedang bersama neneknya terus papanya nelfon, ada yang bilang, ” Itu ngapain an**ig nelpon? Ngomong apa dia?” T___T
Tapi balik lagi, semua terpulang kepada kita. Misalpun ingin menyampaikan ke orangtua juga harus sangat hati-hati. Jangan marahan dikit, ngadu. Ada apa dikit, ngadu.
Istilahnya saat sedang marah-marahnya atau sedang sedih-sedihnya, jangan ngadu ke siapa-siapa dulu. Kerena emosi kita masih main banget.
Endapkan sembari dzikir dan doa. Atau ngemil sambil nonton drakor *eh. Setelah adem, kita pasti bisa berfikir lebih jernih. Saya sering gini. Hasrat hati pengen banget curhat ke siapa gitu. Pas udah adem, malah bersyukur tadi belum keburu curhat, hihi.
__________________
Well, itusih do and don’t saat rumah tangga sedang ada masalah. Semua ini kami lakukan tentu saja dalam rangka merawat pernikahan kami, agar bonus berupa bahagia bisa kami dapatkan, agar cinta kami makin subur, agar ikatan kami makin kuat untuk mengarungi sisa hidup dan mengejar cita-cita untuk bisa sehidup sesurga. Amin.
Masing-masing rumah tangga tentu berbeda ya. Termasuk dalam menyelesaikan masalahnya. Tips dari saya ini, kalau bermanfaat silahkan diambil, kalau nggak silahkan ditinggalkan. Kalau ada kekurangan saya minta maaf, kalau ada kelebihan tolong dikembalikan *eh xD.
Ada yang mau nambahin do and don’t saat ada masalah di rumah tangganya? Sharing yuk di kolom komen.
Palopo, saat anak-anak sudah terlelap. Maafkan postingan yang telat ya, heu.
Tons of love,