Satu Dasawarsa Mugniar Marakarma Berkarya

Mei 18, 201626 Comments
Blog post

Satu dasawarsa Mugniar Marakarma Berkarya

A professional writer is an amateur who didn’t quit. (Richard Bach)

Siapa yang tidak mengenal blogger perempuan dari Makassar, Mugniar Marakarma. Kiprahnya di dunia kepenulisan dan blogging sudah tidak perlu diragukan lagi. Pemilik blog mugniar.com ini sudah memulai karir kepenulisannya dari sepuluh tahun yang lalu.

Meski sempat vakum di tahun 2009, tapi blogger Makassar ini tak berlama lama membiarkan passion menulisnya berjeda. Bahkan semakin melesat. Kak Niar, demikian saya biasa menyapanya, terus menulis dan meningkatkan skill menulisnya dengan bergabung ke berbagai komunitas menulis maupun blogging. Benar seperti quote yang aku kutip di awal tulisan, bahwa seorang penulis profesional adalah penulis amatir yang tidak pernah berhenti.

Kak Niar adalah bukti nyata. Ia tak pernah berhenti. Memulai satu langkah, lalu langkah berikutnya dan kini Ia semakin mumpuni dalam bidang yang ditekuni. Meski lebih senang menyebut dirinya sebagai blogger, toh nyatanya Ibu tiga anak ini juga bisa dilihat goresan penanya di berbagai media, sudah menelurkan berpuluh buku antologi maupun karya solo dan duet. Bahkan, baru-baru ini Kak Niar berhasil membawa komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) tampil di televisi nasional. Masya Allah.

Dari Talkshow di TV Lokal ke TV Nasional
Kak Niar mewakili IIDN saat diwawancara oleh televisi nasional

Terus Berkarya, Makin Berisi, Makin Merunduk

Sebagai blogger pemula yang masih meraba-raba dan terus belajar, setiap kali saya ketemu dengan blogger yang hebat dan sudah banyak pencapaian dan prestasi, ada dua hal yang saya rasakan.

  1. Senang, semacam “Yes, dapat guru lagi, dapat tempat buat belajar dan menyerap ilmu lagi”
  2. Jiper, “Ih, hebat banget ya..Masya Allah. Kira-kira aku bisa nggak ya kayak gitu? Kapan ya?”

Kemudian saya merasa down, minder, mellow. Ya gitu deh.

Satu hal yang sering terlupa oleh saya, bahwa mereka, untuk bisa sampai seperti sekarang, untuk bisa mendapatkan segala pencapaian yang membuat aku berdecak kagum, semuanya itu butuh PROSES. Ya, proses, proses, proses. Saya ulangi kata-kata itu sampai rasanya menggema di kepala. Dan proses itu panjang.

Sejak kapan mereka memulai.

Berapa lama mereka belajar menulis.

Berapa kali mereka terjatuh untuk bangkit dan memulai lagi.

Dan tentu saja, seberapa banyak pengorbanan dan harga yang harus mereka bayar untuk bisa di posisi seperti sekarang.

Seperti Kak Niar yang sudah mulai ngeblog dari tahun 2006, di warnet. Sedangkan saya? Beda tipis sih. Pas itu saya juga rajin ke warnet, main Facebook dan stalking blognya Raditya Dika: Kambing Jantan. Kayak gitu dibilang beda tipis? Beda tipis dari Hongkong?.

Ah, iya, ada satu hal yang sangat berkesan dari sosok Kak Niar bagi saya, adalah betapa beliau tetap santun, rendah hati dan tak lelah untuk menularkan virus menulisnya.

Kak Niar adalah orang yang pertama kali membuatku merasa punya teman blogger dari tanah Sulawesi. Iya, saat mulai ngeblog, saya yang tinggal di luar negeri Palopo ini merasa sendiri, nggak ada teman. Tapi suatu kali Kak Niar komen di blog. Obrolan kami berlanjut di FB.

Kak Niar mengajak saya bergabung di komunitas blogger Makassar: Anging Mammiri. Kak Niar juga mengenalkan pada blogger yang saat ini berdomisili di Palopo, yaitu Ibu Dewi Mulya Sari. Meski sampai sekarang kami belum pernah kopdar sih. Saat ini beliau lagi trip ke Eropa, saya juga lagi trip ke dapur dan halaman samping buat jemur baju. Yah, kami berdua memang sama-sama sibuk. Errrrr…

[ Baca: 5 Tips Menjadi Istri dan Ibu yang Bahagia]

Bijak Bermedsos Demi Produktifitas Menulis

Kembali ke sosok Kak Niar, dari beliau pula saya banyak mendapatkan ilmu dan tips seputar menulis dan blogging. Srikandi Favorit Kumpulan Emak Blogger tahun 2014 ini sempat membuat saya tercengang saat menanyakan  nomor Whatsapp untuk dimasukkan ke grup arisan link grup 4. Beliau menjawab tidak punya.

“Saya nggak ada nomor WA. Nanti kita komunikasi lewat FB messenger saja ya, Mba. Nggak papa kan?”. Uwow. kulirik Hp yang penuh dengan aplikasi ini: WA, telegram, bbm, line, twitter, FB, IG de el el.

Meski mengaku tidak memiliki aplikasi WA karena Hp yang kurang memadai, tapi Kak Niar merasa ‘diuntungkan’ karena bisa fokus menulis tanpa sibuk dan terganggu dengan grup-grup di WA. Saya sepakat untuk hal ini.

Meski tidak bisa memungkiri bahwa di grup banyak juga sharing ilmu, tapi banyak juga ngobrol ngalor ngidulnya. Dan untuk scroll obrolan nyari ilmu yang bermanfaat, itu memakan waktu. Pas aku cerita kadang misal bangun tidur melihat chat udah ribuan, hapus-hapusin aja deh, nggak pake dibaca.

“Hapus-hapusin chat juga makan waktu ya Mba”, kata Kak Niar. Huwaa, iyabener -__-. Apalagi saya yang keponya lebih sering kumat. Pengen baca apa saja obrolan di grup. Pernah sih diet medsos, bener-bener uninstal semua aplikasi dari Hp. Ohwow, terus berapa blogpost yang berhasil di publish? Nggak ada. Kan diet medsos. Ngeblog juga termasuk kan? Yassalam…Nyak.

Dan terbukti, dengan bijak bermedsos termasuk tanpa ikut hiruk-pikuk segala macam grup, Kak Niar bisa memaksimalkan produktifitasnya dalam menulis. Seberapa produktif? Mungkin beberapa hal dibawah ini bisa menjadi bukti:

Salah satu dari sekian banyak tulisan Kak Niar yang dimuat di media cetak
Salah satu dari sekian banyak tulisan Kak Niar yang dimuat di media cetak

Sering melihat Kak Niar share postingan di FB dan berbagai grup yang Ia ikuti? Seberapa sering? Sering banget ya. Karena target Kak Niar, dalam sebulan blognya harus terisi minimal 15 postingan. Itu berarti rata-rata dua hari sekali Kak Niar publish blogpost baru.

Terus berusaha meningkatkan kemampuan menulisnya, dalam hal ini waktu yang Ia habiskan untuk menyelesaikan satu tulisan. Kak Niar pernah ada di posisiku saat ini, begitu sulit menyelesaikan tulisan, meski berhari-hari. Lalu beliau menantang dirinya sendiri, untuk bisa menulis secara cepat.

Dari yang berhari-hari menjadi satu hari satu tulisan, lalu meningkat satu hari bisa 2 sampai 3 tulisan. Bahkan, Kak Niar pernah menghasilkan 5 tulisan dalam satu hari. Keren. Masih menurut pengakuan Kak Niar, untuk membuat tulisan yang ringan tanpa riset, Ia bisa menyelesaikan hanya dalam waktu 10 menit sajda. Tolong tidak usah membandingkan Kak Niar dengan saya ya. Tolong, tolong, help. *nyelem*

Menulis setiap ada waktu. Karena kesibukannya sebagai ibu rumah tangga yang juga merawat kedua orangtuanya yang sudah sepuh, Kak Niar tidak mempunyai jadwal khusus untuk menulis. Ia menulis ketika sempat. Tiap ada waktu senggang, Ia manfaatkan untuk menulis.

Mungkin karena terbiasa, Kak Niar bisa menulis di mana saja dan kondisi apa saja. Tidak harus duduk manis di meja kerja, tidak boleh ada gangguan, tidak boleh ada suara*ngomong depan kaca*. Bahkan saat laptop yang biasa dipakai tidak ada, Kak Niar tetap menulis meski memakai tab.

Seringnya tulisan Kak Niar wara-wiri di berbagai media, lagi-lagi menjadi bukti seberapa produktif wanita yang pernah menjadi Blogger Muslimah Terbaik Kategori Blogwalking.

Rajin mengikuti berbagai pelatihan, workshop, seminar maupun talkshow untuk terus mengupgrade ilmu dan pengetahuannya. Karena menurutnya, ngeblog pun tak sekedar menulis. Tak sekedar hitam atau putih saja. Ngeblog itu berwarna.

mugniar

Note: Beberapa hari yang lalu Kak Niar sudah mendapat Hp baru, ehm. Dan menginstal aplikasi chat, tapi beliau langsung woro-woro kalau nggak akan begitu aktif di grup. Iya Kak Niar, dan maafkan kami yang berisik ini ya :).

Well, ingin tau langsung kiprah blogger Makassar yang satu ini? Silahkan langsung berkunjung ke blog beliau di www.mugniar.com, dan temukan banyak hal bermanfaat di sana :).

Salam,

-Rotun DF-

Prev Post Next Post