Surat Cinta untuk Anak Pertama Bunda

Desember 15, 20176 Comments
Blog post

Surat cinta untuk anak pertama bunda, Azkiya Wafa.

Hai Kak, apa kabar? Saat membaca surat ini, mungkin kakak sudah besar. Meski saat Bunda menulis inipun, kamu sudah bukan balita lagi, sudah hampir 7 tahun.

Seperti yang sering dibilang kebanyakan ibu, bahwa waktu cepaaat sekali berlalu, pun demikian yang Bunda rasakan. Bunda bahkan masih ingat sangat jelas bagaimana dulu mengandung, melahirkan, dan merawat kakak.

Bunda boleh cerita ya?

Sebagai anak pertama, kakak itu sangaat spesial di hati Bunda. Karena bersama kakaklah Bunda menjalani banyak momen pertama sebagai ibu. Jika banyak ibu baru yang biasanya masih kaku merawat bayinya dan dibantu oleh orang tuanya, tidak halnya dengan Bunda.

Eyang Putri dulu datang hanya seminggu, nggak bisa lama-lama karena saat itu musim panen. Banyak yang harus diurus di kampung sana.

Praktis Bunda mengurus kakak dengan tangan Bunda sendiri, dengan bantuan Ayah. Kalau diingat-ingat repot sih, tapi ternyata Bunda mampu dan sangat menikmatinya.

Kakak masih ingat nggak dulu selalu Bunda ajak kerja? Kerjanya Bunda kan ngajar TK, cuma bentar, pikir Bunda. Jadi saat Ayah menyuruh Bunda untuk resign, Bunda menolak. Meski kalau sekarang boleh menyesal, iya Bunda menyesal.

Karena di TK itu Kakak diajak oleh siapa saja, penjaga sekolah, wali murid yang gemas sama Kakak, juga teman-teman kerja Bunda. Kakak sering menangis, kaget kalau dengar suara keras, dan sangat sensitif perasaannya.

Meski akhirnya Bunda lihat Kakak semakin terbiasa. Bahkan pas usia dua tahunan, Kakak selalu masuk ke kelas playgroup dan ikut bermain di sana. Kakak ceria, suka banget main sama teman-teman di sana, dan hafal semua lagu dan doa-doa!

Lagi liatin apa Kak? 😀
Hayo Kakak yang mana? 😀

Bunda Hamil Lagi

Umur kakak waktu itu pas dua tahun, sudah lulus ASI, dan berhasil Bunda sapih tanpa drama berarti. Saat Bunda sadar ada yang lain di tubuh Bunda. Benar saja, ternyata Bunda hamil, Kak. Hamil yang tanpa rencana dan tanpa diduga. Qadarullah, Allah sudah menakdirkannya untuk Bunda.

Senang, tapi ada sedikit rasa sedih dan bingung. Saat itu bahkan Bunda nggak berani lho cerita ke Eyang Uti, soalnya sudah diwanti-wanti tunggu Kakak gede dulu baru punya boleh dikasih adik. Seperti Eyang Uti Kak, yang jarak anaknya jauh-jauh.

Tapi kan sudah terjadi ya Kak, jadi Bunda jalani saja kehamilan itu dengan bahagia. Meski yaa banyak repotnya juga. Kamu masih suka minta gendong, bahkan saat perut Bunda sudah semakin besar.

Ah, kalau ingat itu Bunda sedih, soalnya jadi sering marah sama kakak. Kesel kalau kakak rewel pas Bunda capek. Kesel kalau Kakak minta gendong padahal perut Bunda sudah berat sekali. Bunda pengennya kakak ngertiin Bunda. Padahal kan kakak masih keciiil, huhuu.

Apalagi saat akhirnya Bunda mutusin buat pisah kamar, soalnya ngeri perut Bunda ketendang-tendang. Kakak selalu nangis kalau mau tidur, dan sering ngompol. Hal yang Bunda tau saat ini bahwa itu tandanya kakak enggak nyaman. Tapi apa yang Bunda lakukan saat itu? Marah, iya marah ke kakak. Padahal Bunda yang salah :(((

Hingga adikmu, Ayyas, lahir. Berbarengan dengan turunnya SK Ayah tugas ke Palopo. Mau ikut saat itu belum memungkinkan. Akhirnya kita tinggal di Jakarta, berempat dengan Ammah (Tante) Nafi. Ammah yang kerjanya dari sampai malam, tidak banyak membantu Bunda.

Beraaat sekali Kak waktu itu. Merawat batita dan bayi sendirian. Kakak masih suka iseng ke adek, jadi ngeri kalau Bunda tinggal. Kalau pas Ammah pergi dan Bunda belum mandi, maka bisa jadi seharian itu Bunda nggak akan mandi. Kecuali kalau kalian tidur dua-duanya.

Sering adek nangis, kakak ikut nangis. Bunda? ikut nangis juga T_T. Semakin lama hubungan kita semakin buruk. Bunda seriing banget marahin kakak. Entahlah, itu sepertinya hanya pelampiasan Bunda.

Sesaat sebelum kakak nyolok-nyolok mata adek >,<

Satu hal yang sampai saat ini selalu bikin Bunda nangis, kalau ingat Bunda pernah banting gayung di depan kakak. Gara-garanya Kakak eek di celana, padahal biasanya selalu bilang.

Saat ini, saat Bunda sudah belajar parenting, Bunda tau bahwa itu hal yang lumrah terjadi. Banyaaak yang kayak gitu. Namanya Kakak cari perhatian karena merasa ada yang merebut perhatian Bundanya, yaitu adek bayi.

Maafkan Bunda ya, Nak!

Maafin kesalahan Bunda yang sangat banyak sama kakak. Tadinya Bunda merasa kakak sudah semakin mengerti, karena kakak semakin sayang adek.

Selalu membantu Bunda urus adek, ambilkan keperluan adek, dan lain-lain. Hingga suatu malam, Bunda seperti biasa lagi menyusui adek, ketika kakak tiba-tiba bilang,

“Aku sedih kalau mau tidur dapatnya punggung Bunda terus”

Ya Allah, Nak, saat itu Bunda langsung berbalik, peluk kakak dan nangis sesenggukan. Bunda cium kakak bertubi-tubi sambil minta maaf, tak peduli adek yang menangis kencang minta nenen.

Bunda merasa sangaaat bersalah. Merasa tidak bisa membagi waktu dengan baik, merasa sedih luar biasa karena sudah membuat kakak sedih.

Dan sejak saat itu Bunda janji, akan memperbaiki hubungan kita.

Selalu Ada Cinta di Hati Bunda

Cinta yang seharusnya Bunda nyatakan sering-sering ke kakak. Cinta yang seharusnya Bunda tunjukkan dengan jelas ke kakak. Cinta yang seharusnya tidak berkurang bahkan dengan hadirnya adek bayi.

Karena sungguh kak, Bunda mencintai kalian dengan segenap hati Bunda, tanpa dibagi-bagi, tetap utuh untuk masing-masing anak Bunda. Maka saat ini, dengan segala keterbatasan Bunda, Bunda berusaha untuk selalu menunjukkan cinta ke kalian, anak-anak Bunda.

Peluk dan cium sesering dan sebanyak mungkin. Mulai dari kalian bangun tidur, meski bau iler tetep Bunda cium-cium (yang ternyata bikin nagih, hahaha), habis mandi, mau sekolah, pulang sekolah, kapan saja ada kesempatan.

Meski kadang kakak teriak-teriak kalau Bunda cium banyak-banyak dan peluk kencang-kencang. Soalnya Bunda tau, kakak sebenernya seneng kan? hehehe.

Hampir setiap hari kakak kasih surat cinta untuk Bunda. Terimakasih ya Kaakk^^

Bunda juga selalu berusaha membersamaimu. Bukan sekedar bersama tapi pikiran Bunda entah di mana. Tapi berusaha hadir utuh, untuk kakak. Meski kadang sulit saat pekerjaan lain menanti Bunda. Setrikaan yang menumpuk, rumah yang berantakan, juga deadline kerjaan.

Bunda juga punya kalimat rahasia untuk kakak. Kalimat yang selalu membuat kakak berbinar bahagia. Adek nggak tau, Ayah juga nggak tau. Bunda larang kakak buat cerita-cerita. Bunda selalu katakan kalau cinta Bunda ke kakak  sebesar dunia, seluas jagat raya, sedalam samudera, setinggi langit di angkasa.

Kalau suatu hari nanti kakak dengar kalimat ini dinyanyikan oleh seseorang, bukan berarti dia meniru Bunda. Tapi Bunda yang meniru dia, hehehe. Dulu Bunda suka banget sama penyanyi ini, apalagi jaman kecil bawain acara anak-anak. Kalau sekarang Bunda udah nggak suka lagi sih, udah ganti selera :D.

Jadi gitu ya, Kak. Bahwa Bunda mencintaimu bahkan melebihi cinta Bunda ke diri Bunda sendiri. Lebay? Tidak sama sekali. Semua ibu, Bunda rasa juga demikian ke anaknya.

Contoh yang paling gampang adalah saat anak sakit, para ibu pasti akan bilang ingin menukar sakitnya untuk dia saja, andaikata bisa. Pun dengan Bunda, Kak. Salah satu patah hatinya Bunda ya kalau melihat kamu sakit, apalagi sakit yang paling bikin was-was, yaitu panas.

Kakak tipe anak yang kalau sakit nggak rewel, nangis mulu atau minta gendong mulu. Tapi kakak diam, sambil sesekali mengeluhkan apa yang kamu rasakan, bikin Bunda tambah kasihan melihatnya.

Kalau sudah begitu, Bunda biasanya akan peluk kakak banyak-banyak. Berharap panasnya akan pindah ke tubuh Bunda. Jika nggak mempan juga, biasanya Bunda akan sedikit memaksa untuk membalurkan mintak telon yang Bunda campur dengan parutan bawang merah.

Kakak nggak suka baunya, dan selalu tutup hidung rapat-rapat :D. Alhamdulillah ramuan ini sering cocok buat kakak, meski tak jarang juga panas di tubuh kakak cukup bandel, hingga enggan cepat-cepat pergi.

Jadi Kak, semoga dengan segala cara yang Bunda lakukan untuk mengungkapkan cinta untukmu, kamu bisa merasakan besarnya cinta Bunda. Besarnya cinta, yang semoga bisa menjadi bekalmu untuk mengarungi dunia ini, dengan segala warnanya.

Melangkahlah ke sana, ke arah yang kau tuju untuk menggapai citamu. Bundamu akan selalu ada di sini, di rumah ini, mendoakanmu dalam setiap diamnya Bunda, dalam setiap nafas Bunda.

Saat lelah melandamu, pulanglah dahulu. Karena Bunda akan siap mendekapmu, dengan penuh cinta.

I love you, Kakak Wafa <3

Bunda

Prev Post Next Post