Ingin Anak-anak Dekat dengan Ayahnya? Simak deh Tips dari Blogger Solo Ini.

Tak semua ayah bisa langsung dekat dengan anaknya. Entah karena pola asuh, pembawaan diri yang kaku ataupun faktor lainnya. Bagaimana ya, agar anak-anak bisa dekat dengan ayahnya?
A Dad is someone who is his son’s first hero and his daughter’s first love.
Pasti pernah ya membaca kutipan di atas? Sayangnya, masa kecil saya amat jauh berbeda. Jika banyak anak perempuan di luaran sana yang sangat dekat dengan ayahnya, maka tidak dengan saya. Bahkan ada masanya saya sebel banget sama Bapak, demikian Ia biasa saya panggil.
Galak, bersuara keras, dan banyak kenangan yang kurang menyenangkan bersama Bapak. Saya tidak pernah diantar mengaji, dan harus berangkat sendiri tiap malam. Menerobos gelap dengan memegang obor dari daun kelapa kering.
Saya pernah dimarahi habis-habisan karena bermain pacar kuku, yang mengotori baju saya. Kepala saya pernah benjol kena lemparan kayu, karena berkelahi dengan adik. Meski setelahnya, Bapak mengoleskan balsem dan memijitnya. Benjolan sembuh, tapi tidak dengan luka hati saya. Maka di benak kecil waktu itu, saya merasa Bapak tidak menyayangiku :”).
Bertahun kemudian saya baru sadar bahwa apa yang dilakukan Bapak, adalah bentuk kasih sayang beliau. Klasik ya, tapi memang begitulah pada umumnya kasih sayang seorang Bapak, katanya.
Tak perlu banyak kata, tak perlu ciuman dan belaian kasih sayang. Tapi bentakan dan didikan yang keras, adalah bentuk lain dari kasih sayang mereka. Katanya.
[ Baca juga: Rotun si Anak Dusun ]
Sosok Ayah yang Lain
HIngga saat beranjak dewasa dan merantau untuk sekolah, saya kemudian melihat sosok-sosok ayah yang lain, yaitu ayah dari teman-teman saya. Sosok ayah yang begitu hangat, tak segan mengecup kening putrinya saat mengantar sekolah, begitu dekat hingga anaknya bisa curhat apa saja padanya. Tidak ada takut, malu dan ‘angker’ seperti saya melihat sosok Bapak saya sendiri.
Maka tak mengherankan bukan, jika kemudian saya bermimpi. Nantinya, saya menginginkan Bapak yang ideal bagi anak-anak saya. Yang akan menjadi pahlawan pertama bagi anak laki-laki saya, dan menjadi cinta pertama bagi anak perempuan saya. Tapi kemudian saya juga ngaca, memangnya saya calon ibu ideal macam apa?
Saya toh perempuan biasa yang dididik dengan tidak sempurna, penuh kekurangan di sana-sini. Maka akhirnya saya mencoba realistis. Bahwa seperti apapun suami saya nanti, yang jelas dia harus mau belajar bersama saya. Belajar menjadi orangtua yang baik dan bahagia, demi anak-anak kami.
Bukan perkara mudah mengubah wiring pengasuhan yang bertahun-tahun kami terima. Suami juga tak berbeda jauh, memiliki Bapak cenderung ‘dingin’ dan terkesan kaku pada anak-anak. Tapi sungguh saya angkat topi pada kemauan kerasnya untuk berubah. Menjadi Ayah yang menyenangkan, yang begitu luwes bermain dan bercanda bersama anak-anak.
Kenal dengan Mba Ety Abdoel
Ya, kami memang belajar banyak. Dari mana saja. Dari bacaan, dari seminar pengasuhan, atau dari teman-teman kami.
Salah satunya, Mba Ey Abdoel, blogger Solo yang padanya saya banyak belajar tentang menjadi orangtua yang baik. Saya pertama kenal Mba Ety dari blog, dengan saling berkunjung.
Ingeeet banget, awal-awal ngeblog Mba Ety sering berkunjung dan komen di blog saya. Jadi semacam booster yang efektif bagi saya yang masih newbie di dunia perbloggeran. Pas pertama pindah ke TLD, saya inget komen Mba Ety yang bikin semangat saya melambung.
“Duuuh, blognya makin kece nih. Siap-siap banyak penggemarnya nih Nyak Rotun”.
Duh ya, dikunjungin sama blogger senior aja udah seneng banget, apalagi ditambah komen yang bikin hati menghangat :’)
Apalagi ternyata kemudian, saya dan Mba Ety tergabung dalam grup arisan link Blogger Perempuan. Kamipun makin dekat dan akrab di Geng Ijoek, demikian kami mentasbihkan grup 4 tersebut. Udah sering kan dengar tentang kami? Ahahaha, pede abis deh xD.
Baca juga: Profil Mugniar Marakarma
Pada blogger senior seperti Mba Ety, saya belajar tentang banyak hal. Tentang seluk beluk blogsphere, tentang manajemen waktu, juga tentang keluarga termasuk pengasuhan anak-anak di dalamnya.
Blognya yang beralamat di www.etyabdoel.com memang paket komplit. Karena bertemakan lifestyle, maka banyak hal yang Mba Ety share di sana. Mulai dari dunia perempuan, family & parenting, blogging & sosial media, hingga aneka tips & tutorial.

Tips Agar Anak Dekat dengan Ayahnya
Di salah satu postingan yang berjudul Menjadi Ayah yang Menyenangkan, blogger yang pernah mendapat predikat Blog of The Month (BToM) dari KEB ini sharing seputar tips agar seorang ayah bisa dekat dengan anak dan menjadi sosok yang menyenangkan. Ada 9 tips di sana, yang saya coba rangkum sebagai berikut:
1. Ikhlas
Kunci yang paling penting menurut Mba Ety adalah keikhlasan. Soalnya namanya ayah, biasanya sudah capek kerja seharian, belum lagi berjibaku dengan kemacetan jalanan sepulang kerja. Jadi menjaga mood untuk tetap oke saat ketemu dengan anak-anak memang nggak mudah.
Tapi kalau ikhlas, insyaAllah secapek apapun urusan pekerjaan, pas pulang dan ketemu anak-anak pasti akan dapat energi baru. Makan malam bersama, dilanjutkan ngobrol ringan dan juga bercanda pasti sangat menyenangkan.
Makanya menurut Mba Ety, suaminya suka sedih jika pulang kemalaman dan nggak sempet ngobrol sama anak-anak. Sebagai gantinya, Ia akan mencium anak-anak dan melangitkan doa-doa terbaik untuk mereka.
2. Hadir Utuh
Fisik, juga hati.
Fisiknya ada, ngejogrok, tapi asik sendiri sama gadgetnya, ya apa gunanya dong? Anak-anak butuh lebih daripada itu. Mereka butuh ayah yang bukan hanya bersama mereka, tapi membersamai mereka. Hadir ini bisa dalam berbagai aktifitas, kata Mba Ety. Menyapa dan ngobrol di pagi hari, menjadi partner belajar anak, bermain dan bercanda bersama mereka.
Biasanya kalau main sama ayah pasti seru, karena nggak jauh-jauh dari kegiatan fisik ya. Kejar-kejaran, gulat, dan entah main apa aja yang selalu bisa bikin anak-anak tertawa lepas dan jejeritan :D.

Hadir ini bisa juga dengan mengantar dan menjemput sekolah. Hmm, yang ini mengingatkan saya ke Wafa sih. Dia selama sekolah bisa dihitung dengan jari deh diantar dan dijemput bundanya, hihi.
Anak ayah dia mah, udah gitu alhamdulillah memang kerjaan ayahnya deket, jadi bisa banget setiap hari mengantar dan menjemput dia sekolah. Semoga akan menjadi kenangan indah ya, Kak :).
3. Ngedate
Ugh! Pergi bersama ayah, tanpa mengajak ibu, itu membangun bonding banget loh. Dan menurut Mba Ety, dengan bepergian tanpa ibu, maka ayah akan semakin mengenal anak-anaknya. Belajar mengurus anak dengan tangannya sendiri tanpa bantuan istri.
Bahkan suami Mba Ety terbiasa mengajak mudik anaknya bergantian. Misal tahun ini sama anak pertama, tahun besok sama anak kedua. Tanpa Mba Ety tentunya. Keren ya. Kalau suami saya masih skala tipis-tipis sih, paling pergi berdua kemana gitu, nggak terlalu jauh dari rumah.
Mungkin nanti kalau anak-anak sudah agak besar bisa kebih enak ngedate berdua dengan salah satu anak. Eh tapi pernah saya tinggal ke Makassar dua hari. Dia bertiga aja di rumah, bersama dua balita, hihi.
4. Menjadi Teladan
Seorang ayah yang memberi teladan baik, akan membuatnya berwibawa. Membuat anak-anak respect dan hormat kepadanya. Merasa tenang dan tak perlu jauh-jauh mencari sosok yang mampu melindungi dan menyayangi mereka dengan sepenuh hati.
Pun, layaknya sponge, mereka akan menyerap perilaku baik ayahnya dan menirunya di kehidupan mereka. Children see, children do.
Ada banyak cara agar anak-anak dekat dengan ayahnya. Tinggal kita sebagai orang tua, mau atau tidak mengupayakannya. Kalaupun masih ada hambatan seperti merasa tak terbiasa, atau beban innerchild yang tidak pernah dekat dengan orangtuanya, tidak udah berkecil hati dan patah semangat.
Semuanya butuh proses dan tentu saja dukungan dari sang ibu. Lakukan tips dari Mba Ety ini sedikit demi sedikit, hingga insyaAllah nantinya akan terbiasa.

Terakhir, saya merangkum kata-kata Mba Ety:
Jika ayah menjadi pribadi yang menyenangkan, pasti anak-anak akan dekat dengannya. Jika sudah dekat, maka akan terjalin komunikasi dan hubungan yang hangat. Anak akan terbuka, percaya sepenuhnya pada orang tua. Menceritakan apa saja dengan nyaman, tanpa takut dan sungkan Dan kalau sudah begini, pastinya akan lebih mudah bagi kita untuk mengontrol perilaku mereka, bukan?
Kalian, ada yang punya tips lain agar anak-anak dekat dengan ayahnya? Yuk, share di kolom komen^^
Ety Abdoel (Blogger Solo)
Blog: http://etyabdoel.com
FB: Ety Handayaningsih
Instagram/Twitter: @etyabdoel
Salam,