Umur Berapa Mengenalkan Internet Pada Anak?

#ParenThursday: Umur Berapa Mengenalkan Internet Pada Anak?
Benarlah apa yang dikatakan oleh sahabat nabi Ali bin Abu Thalib bahwa didiklah anakmu sesuai dengan jamannya. Karena anak-anak kita nantinya akan hidup di jaman yang jauh berbeda dengan jaman orangtuanya.
Seberapa jauh? Saya akan mengambil contoh saya sendiri. Orangtua saya hidup di pedesaan, yang bahkan listrik dan TV belumlah ada. Akses komunikasi begitu sulit. Hanya mengandalkan surat atau telegram jika ingin mengabarkan berita penting yang butuh waktu cepat.
Dunianya sebatas lingkungan desa, paling jauh berkunjung ke rumah saudara yang masih berada di kecamatan atau kabupaten yang sama. Hidup tenang, tidak pernah tahu menahu informasi yang ada di dunia luar. Ah, ya paling mengandalkan siaran RRI lewat radio yang menggunakan baterai segede gaban untuk dayanya.
Lalu mari kita lihat hidup anaknya, yaitu saya, sekarang ini. Tinggal di kota dengan mobilitas yang begitu tinggi, bisa berkomunikasi dengan mereka setiap saat hanya dengan memencet beberapa tombol di handphone. Bisa mengirimkan uang dalam hitungan detik dengan trasfer via mobile banking. Dan tentu saja, saya bisa tahu SEGALA yang terjadi di dunia saat ini, lagi-lagi hanya melalui gadget di tangan saya.
Let say: dunia dalam genggaman.
Dan saat ini, saya sudah memiliki dua anak. Wafa 5 tahun, dan Ayyas 2tahun. Mereka adalah generasi digital native, yang semenjak ada di dalam kandungan emaknya aja, sudah di upload fotonya ke semua sosial media -___-. Mereka adalah anak-anak, yang nggak pake diajarin ternyata bisa begitu mahir mengoperasikan gadget saya, poto-poto, membuka galeri, melihat rekaman video, dan memecahkan games yang saya aja nggak bisa. Oh my…
Internet Untuk Anak
Dilema Gadget
Dulunya, saya adalah ibu beranak satu yang begitu idealis dalam mengasuh dan mendidik anak saya. Terutama soal gadget.
Saya ingat, jaman masih gadis, sering menjudge ibu-ibu yang memberi gadget anaknya untuk mainan sementara mereka berkutat dengan pekerjaan rumah atau mengikuti kajian keislaman.
Kan bisa diberi mainan edukatif, atau mewarnai, atau busy book. Begitu pikir saya. Pas punya anak sendiri? Atuhlah kenapa anak-anak cepet banget bosen mainan-mainan itu, tapi bisa bertahan anteng begitu lama kalau pegang gadget -_____-
Apalagi pas anak udah dua, gadget sering menjadi andalan saya saat kepepet. Menjadi andalan agar mereka anteng dan saya bisa konsen mengerjakan pekerjaan rumah maupun blogging.
Lalu terjadilah balada yang tak asing: anak nelponin siapa aja, ngirim sms ke siapa aja, atau hal yang paling sering terjadi: ngirim pesan dengan bahasa planet ke grup-grup WA. Zzzzzz….
Tadinya saat anak-anak meminjam gadget, pasti sambungan internetnya saya matikan. Tadinya berhasil sih. Mereka hanya bisa lihat video dari youtube yang saya sudah simpan offline. Tapi kemudian entahlah Wafa tahu, cara menghidupkan sambungan internetnya.
Jadi kalau buka youtube, kan pasti ada video yang disarankan berdasarkan video yang sering kita tonton dan download ya. Maka selanjutnya, “Bunda, aku mau nonton playdoh set yang ini, kan belum ada”. Atau, “Superwings yang ini belum, Bun. Aku download ya”. *__*
Jadi ya, gadget ini sepertinya akan jadi dilema tiada akhir. Antara menjadi penolong dikala terdesak dan yaa abis itu ada rasa bersalah kalau kelamaan.
Anak Steril vs Anak Imun
Di sebuah seminar parenting yang pernah saya ikuti, ada istilah menarik tentang interaksi anak dengan gadget khususnya internet. Apakah kita mau menjadikan anak sebagai anak steril yang sama sekali nggak dikenalkan dengan internet.
Sehingga pada masanya nanti dia tau dari dunia luar dan kemudian terkaget kaget, ‘norak’, dan terlalu excited yang akhirnya bisa ditebak, mengalami adiksi/kecanduan.
Jangan lupa bahwa salah satu ciri digital native adalah begitu luwes dan cepatnya mereka menyesuaikan diri dengan perangkat gadget dan internet. Maka kemudian kita akan ternganga begitu cepatnya mereka menguasai tanpa kita kenalkan dan ajari sebelumnya.
Sebaliknya, kita bisa menjadikan anak kita menjadi anak imun. Kita mengenalkan pada mereka tentang siapa dan bagaimana internet dengan batas-batas dan rambu-rambu yang disepakati, dan tentu saja dengan pengawasan kita.
Kita beritahu bahwa banyak sekali, selain hal-hal baik yang bisa di dapat dari internet, juga ada hal-hal buruk yang bisa menjebak mereka. Kecanduan games, kekerasan, cyber bullying, hingga pornografi.
Dan menurut saya, penanaman akidah paling penting untuk hal ini. Bagaimana anak-anak mengenal Tuhannya, sehingga di manapun mereka berada, meski tak ada orangtua, tapi ada Tuhan yang selalu melihat. Sehingga anak-anak akan punya self control terhadap segala perbuatannya.
Baca: Jurus Jitu Menghadapi Bully Verbal
Jadi, umur berapa anak bisa dikenalkan dengan internet?
Sebenarnya pertanyaan ini agak rancu, mengingat internet itu sangat luas. Saat mereka bayi dan kita sibuk memotret dan mengunggah foto mereka ke medsos, itu sudah termasuk mengenalkan mereka pada internet, meski tidak secara langsung. Atau melalui games online, video di youtube, atau mencari gambar di mesin pencari.
Tapi mengenalkan internet secara gamblang dan utuh bahwa: ketika kita memasukkan kata kunci ke mesin pencari, maka dalam hitungan detik internet akan memunculkan semua hasil pencariannya.
Bahwa tak ada yang disembunyikan oleh internet, hal baik maupun hal buruk. Bahwa kemudian baik dan buruknya, kita yang mengendalikan, kita yang mengontrol, dan kita yang mempertanggungjawabkannya.
Manfaat internet? Banyaaak. Nggak udah saya sebutkan satu persatu. Ayyas bisa mengenal berbagai jenis mobil, kereta dan alat berat yang digemarinya dengan gambar nyata dan bisa bergerak melalui internet.
Wafa bisa melihat bagaimana salju turun dari internet. Ni anak terobsesi bener sama salju. Banyakin doa ya Nak, biar kita bisa traveling ke negeri bersalju. At least, ke Mall yang ada salju bohongannya juga nggak papa. LOL.
Selama ini saya sih belum pernah nonton youtube secara langsung bareng anak. Nyari aman dengan cara menyimpan offline baru dikasih ke mereka. Why? Youtube itu menyeramkan sodaraaa.
Kita nonton konten yang biasa banget aja, itu iklan yang bertaburan kadang nggak jelas, daaan serem. Nggak kebayang kan kalau anak-anak lihat dan penasaran apa itu yang berkedip-kedip minta diklik? *___*. Tapi so far youtube di handphone masih lebih aman ya dibanding di PC? Iya nggak sih?
Jadi, kalau saya masih menimbang-nimbang, akan mengenalkan internet secara utuh ke anak-anak di usia berapa ya? 7, 8 atau bahkan 10 tahun mungkin?
Saat sharing dengan grup parenting yang saya ikuti, rata-rata juga masih belum menemukan waktu yang pasti kapan mengenalkan internet ke anak.
Mungkin nanti saat mereka sudah mahir membaca dan menulis, saat otak mereka sudah siap dan saat mereka sudah dilepas ke dunia luar untuk sekolah. Saat mereka butuh atau dituntut untuk itu, misal mencari tugas sekolah.
Yang jelas, kami ingin anak-anak depend on book first. Mencintai membaca, menggilai buku. Nggak tergoda dengan cara instan ketik-klik-kelar. Jadi sambil menunggu, kita bersenang-senang dengan buku dulu, tentunya sembari menanamkan pondasi agama dengan keteladananan orangtua tentu saja. Dan ini berat bangeeeeet.
Jadi biarlah nanti-nanti saja kenalan dengan internetnya ya, Nak. Insya Allah.
Kecepetan nggak? Atau malah kelamaan? Kalau kalian, mau mengenalkan internet pada anak usia berapa nih? Sharing yuk!
*Collaborative blogging KEB untuk artikel Makpuh Indah Juli: Internet, Anak dan Orangtua.
Palopo, di hari yang panas. Makasih sharingnya ya, YKBH grup 3^^
Tons of love,