Workshop Content Creator #SahabatKeluarga Kemdikbud: Belajar Menulis Esai dan Membuat Film

Demi ikut workshop content creator #SahabatKeluarga Kemdikbud ini, untuk pertama kalinya saya ninggalin anak paling lama. Berapa hari emang? 3 hari 2 malem doang sih, wkwk.
Tapi seumur-umur punya anak paling lama pergi yaa sehari semalam lah mentok. Dan ternyata wow seseru dan sehepi itu sampai lupa telpon anak dong. LOL.
Sebenernya pas Mak Indah Julianti (Makmin KEB, saya biasa panggil Makpuh) share undangan acara ini di grup Facebook, saya agak ragu. Soalnya syaratnya adalah membawa satu anak usia SD atau yang udah bisa baca tulis. Terus Ayyas gimana nanti? Kebayang dia di rumah nggak ada bunda dan kakaknya, bisa mati gaya deh.
Bujuk-bujuk, dan akhirnya dia bersedia ditinggal dengan syarat pulangnya minta beliin hotwheels 😐
Dan ternyataaa, H-2 dapet email konfirmasi kalau acaranya nggak jadi bawa anak. Duh yaa, gantian deh bujukin Wafa yang mewek karena nggak jadi ikut.
“Aku kan udah seneng banget Bun mau jalan berdua Bunda”.
“Coba Bunda tanyain, kenapa kok nggak jadi bawa anak. Aku sedih banget nih”
Hiyaaaahh, panjang deh, meski akhirnya rela juga dia ditinggal bundanya, hihi.
Maka Bismillah, saya pun berangkat.
Workshop Content Creator DAY 1: Registrasi dan Pembukaan
Acara Sapa Sahabat Keluarga Kemdikbud angkatan II ini diadakan pada tanggal 18-21 Desember 2018 di Hotel Jayakarta, Yogyakarta dengan peserta para bloger Yogya-Solo dan sekitarnya.
Saya tentu masuk ke dan sekitarnya itu yaaa. Alhamdulillah sejak pindah Kebumen jadi punya akses buat ikutan event dan ketemu temen-temen bloger yang selama ini kenal di dunia maya aja.
Di grup WA #SahabatKeluargaYogya yang baru dibentuk, Makpuh sudah mewanti-wanti kalau registrasi dimulai jam 4 sore. Tapi ternyata apa daya, bus Karya Sari yang saya naiki, telat datang dan baru masuk terminal Giwangan di jam 4. Bergegas, saya pesan Grab dan meluncur ke hotel.
Syukurlah acara pembukaan dilaksanakan jam 7 bakda makan malam. Jadi saya masih ada waktu banyak buat unpacking, mandi dan sempet jalan juga ke TransMart Yogya yang letaknya persis di seberang hotel.
Oiya, saya sekamar sama Mba Utie, bloger asal Jakarta yang lagi ada kunjungan ke Yogya, jadi sekalian deh daftar untuk acara ini.
It take a village to raise a child
Pernah dengar program jam belajar masyarakat? Saya pernah. Saat saya di Jakarta dulu, banyak spanduk di gang-gang Jakarta tentang program ini, yang menghimbau para orang tua untuk mendampingi anak-anak belajar di jam 7-9 malam.
Nah, di acara pembukaan workshop content creator ini saya tercerahkan banget bahwa ternyata banyak loh program pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan anak. Because it takes a village to raise a child.
Pendidikan anak nggak cuma berhenti di sekolah, atau di rumah. Tapi juga masyarakat yang dituntut untuk menciptakan lingkungan yang ideal untuk membentuk anak yang berkarakter.
Ambil contoh kabupaten Kulon Progo, yang berani untuk menolak iklan rokok di daerahnya. Jadi nggak ada tuh, spanduk rokok, baliho ataupun sejenisnya. Selain itu mereka juga serius memajukan ekonomi warganya.
Alfamart dan Indomart tidak boleh memperpanjang izin, dan selanjutnya malah diakuisisi oleh pemerintah setempat dan keuntungannya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.
Atau kabupaten Sleman yang sudah konsisten memberlakukan jam belajar masyarakat. Yang punya anak serius mendampingi, yang nggak/belum punya anak berperan menjaga lingkungan untuk tetap kondusif.
Dan jika di daerah situ ada guru, maka berperan aktif untuk membentuk kelompok belajar untuk membantu anak atau orang tua yang ada kesulitan dalam pelajaran.
So cool!
Optimis banget saya, kalau ini bisa diduplikasi oleh daerah lain di Indonesia, ke depannya generasi dan masyarakat bangsa ini akan maju bersama. Bukan hanya cerdas, tapi juga berkarakter :”).
Oiya, acara pembukaan ini digabung dengan workshop evaluasi program pendidikan keluarga yang dihadiri oleh dinas terkait, penilik dan pendidik dari perwakilan daerah seluruh Indonesia.
Jika mereka berperan aktif dengan terjun langsung di masyarakat, maka bloger diharapkan berperan aktif dalam menyediakan konten yang baik dan mendidik, salah satunya dengan mengirimkan tulisan ke laman sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
Workshop Content Creator DAY 2: Belajar Menulis Esai bersama Gol A Gong
Pertama kali saya mendengar tentang Mas Gol A Gong dari cerita istrinya, Mba Tias Tatanka di buku beliau: Ini Rumah Kita. Juga para punggawa FLP (Forum Lingkar Pena) yang sering bercerita tentang beliau yang begitu serius menggarap literasi dengan mendirikan Rumah Dunia.
Meski begitu, tetap beda rasanya ketika mendengarkan langsung dari Mas Gong.
Tentang masa kecilnya yang begitu beruntung karena ditempa dengan pompaan semangat dari emak dan bapaknya.
Bagaimana saat Mas Gong kecil harus rela diamputasi tangan kirinya karena insiden jatuh dari pohon, tapi bapak selalu mengajaknya ke Pasar Senen, menjejalinya dengan buku dan komik. “Bacalah banyak buku, agar kamu lupa kalau kamu cacat”, pesan beliau.
Bapak juga rajin mengajak Mas Gong ke alun alun kota Serang untuk berolahraga. Agar tubuh sehat, dan jiwamu kuat.
Juga emak selalu menanamkan pada Mas Gong bahwa, “Tubuh kamu boleh cacat, tapi jiwamu tidak”.
Dua hal itu, membaca dan berolahraga, Mas Gong jalani dengan serius hingga berbuah manis.
Dengan olahraga, beliau menjadi juara badminton pada PON cacat se Indonesia pada tahun 1985 (saya baru lahir!), bahkan menjadi juara badminton cacat se-Asia Pasifik di tahun berikutnya.
Dan dengan membaca, beliau berkeliling Indonesia, mengunjungi 20 negara, dan berhasil menelurkan 125 buku! Masya Allah :”).
Membaca itu sehat, menulis itu hebat.
Pesan ter jleb dari Mas Gong, “Jangan pernah menulis tanpa membaca. Karena menulis itu proses mambaca satu kali, dua kali, dan seterusnya..”
Camkan itu Nyak, camkan!
Dan ya, seperti yang banyak penulis katakan tentang awal mula menulis: berangkatlah dari kegelisahan. Mas Gong mencontohkan tentang politik, ruang publik, korupsi, atau kemiskinan.
Nah, saat tema atau ide sudah ada, selanjutnya adalah kita melakukan riset. Katanya, tak ada tulisan yang berkualitas tanpa riset yang berkualitas. Duh ya, tertampol lagi akutuuu.
Setelah riset, maka go! Tulis esaimu.
Mas Gong menyarankan untuk menulis esai menggunakan point of view “aku” sehingga tak terkesan menggurui.
Saat praktek, saya termasuk 7 peserta yang maju paling cepat untuk memperesentasikan esai yang sudah ditulis. Tapi ternyata masih ada beberapa kekeliruan, euy.
Nggak papa, semangat belajar!
Untuk teori lengkap dan tips menulis esai dari Mas Gong, udah dituliskan lengkap banget sama peserta lain. Salah satunya bisa dibaca di postingan Mba Carra ya: Belajar Menulis Esai Bersama Gol A Gong.
DAY 3: Belajar Membuat Film Bersama M. Iqbal (Film Maker Muslim)
Jika materi esai dari Mas Gong peserta workshop content creator dikasih teori dulu baru praktek, maka di materi membuat film bareng Mas Iqbal ini kebalikannya.
Oiya pas praktek ini sebenernya masih masuk hari kedua sih. Selesai materi esai dan makan siang, kami diajak ke Tebing Breksi untuk mencari konten.
Haduh, biasa bikin video kontennya paling anak-anak, terus tiba-tiba suruh nyari konten video yang temanya: BEBAS.
Asli langsung blank, wkwk. Dan blanknya berjamaah pula satu kelompok. Iya, jadi kita dibagi jadi 7 kelompok dengan masing-masing anggota 5-6 orang. Walhasil pas besoknya presentasi, kelompok saya paling gitu deh, huhuuuu.
Mas Iqbal dari Film Maker Muslim menjelaskan komplit plit bagaimana tahapan membuat film. Panjang banget jugaaak, dan jujur banyak istilah yang baru pertama kali denger, hihi. Tapi overall seruuuu, apalagi pas nobar film pendek CInta Subuh.
Saya notice Film Maker Muslim pas mereka menjadi salah satu peserta Youtube Creator for Change. Kereeen. Dan akhirnya pas malam, saya todong Mas Iqbal buat cerita kok bisaaa akhirnya mereka bisa dipilih. Intinya, the power of content ya. Bagaimana mereka konsisten membuat konten yang bukan hanya berkualitas, tapi juga bermanfaat.
Mau tau video-video mereka? Cuss search aja di Youtube: Film Maker Muslim.
It’s a Wrap!
Sekitar jam 12 siang, acara workshop content creator ditutup dengan pesan dari perwakilan kemdikbud. Dan segera, para blogger ditunggu untuk aktif mengirimkan tulisan tentang keluarga dan parenting ke laman sahabat keluarga. Kalau kalian berminat juga, bisa banget loh. Kirim aja tulisannya ke: sahabatkeluarga@kemdikbud.go.id.
Pssst, tulisan yang lolos seleksi dan ditayangkan akan diberikan imbalan/honor loh ;).
Aaaanddd, it’s a wrap. Rasanya nggak akan cukup dituliskan di sini sih sebegitu bersyukur dan terkesannya saya sama acara ini.
Bisa ketemu temen-temen bloger yang seru, ketemu makmin KEB, Makpuh yang ngemong dan Mak Lusi yang lembut (maap kalau aku brisik mulu ya Maaak, hahaha). Bahkan bisa ketemu Makpon Mira Sahid yang selama ini kukagumi ketangguhannya.
Ketemu cikgu creative writing #NgeblogPro Mba Carolina ‘Carra’ Ratri (I adore you, Mba. So much!), ketemu member #GengIjoek Mba Ety Abdoel. Yaampun yaampun yaampuuun, super hepi!

Juga bisa ketemu pemateri yang keren banget, plus semua ilmu yang mudah-mudahan bisa
saya praktekkan sebaik-baiknya.
Aduh ini ngapa jadi kaya ucapan terimakasih di skripsi sih. LOL.
Pokoknya, terimakasih banyak kemdikbud, KEB dan semua pihak yang telah menyelenggarakan acara ini.ttttt
Masya Allah, alhamdulillah.